Skip to main content

Cerpen "Dirimu Adalah Aku"

Sumber pinterst


Aku menatap tubuh yang sama di cermin dengan ukuran cermin seukuranku. Seorang gadis sebayaku menatap bengis ke arahku. Tatapannya sangat menusuk membuat bulu kudukku merinding, apa maksud dari tatapannya itu? Siapa dia? Kenapa dia menantapku seperti itu? Pikiranku menerka-nerka mencoba mencari tahu. Dia memiliki wajah yang sama tetapi pribadi yang berbeda.


Aku berdiri mematung tanpa bergerak sedetik pun. Senyuman pongah tersungging dari bibir manis gadis itu. Gadis itu berambut ikal yang panjangnya sedada, pakaiannya yang dipakai adalah pakaian tidur berwarna putih dan tingginya pun sama denganku. Lagi, dia tersenyum remeh padaku seolah-olah dia menentangku untuk berkelahi. Aku mendengus kesal, apa sih maunya gadis ini?


Aku menutup mata sejenak, mencoba menenangkan diriku. “Kau siapa?


“Aku?” Tunjuknya pada dirinya sendiri dengan tawa. “Aku bukan siapa-siapa tapi aku adalah bagian darimu.”


Aku dibuat bingung olenya, “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Coba jelaskan padaku.”


Dia ketawa getir. Aku heran dengan gadis depanku bukannya dijawab pertanyaan melainkan ketawa. Apa dia tidak waras ketawa aneh macam itu? ketawanya pun sangat mengerikan membuatku takut saja.


“Kau takut padaku,” ucapnya dingin melihat wajahku yang ketakutan. “Kamu akan tahu siapa aku sesungguhnya.” 


Setelah mengatakan itu, gadis tersebut pun menghilang. Mataku terbelalak melihat gadis itu  tidak ada lagi dalam cermin. Langsung saja aku mengingsut mundur dengan tubuh bergetar ketakutan. Aku celingak-celinguk mencari ke mana gadis itu menghilang.


Aku bangkit dari tidur dengan nafas terengah-engah, keringat dingin membanjari tubuhku. Deru nafas memburu kencang tidak teratur. Aku mengelap keringat di dahiku dengan kasar. Mimpi sangat buruk.


“Mimpi itu lagi.”


Sudah seminggu, aku bermimpi aneh secara berturut-turut. Aku dibuat kewalahan dengan mimpi tersebut seolah mimpi itu hantu bagiku, tiap malam selalu saja dihantui dengan mimpi aneh.


Aku mengelap keringat pada leherku, rasanya aku seperti berlari maraton. Kemudian, aku bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Aku membersihkan diri setelah itu keluar dan kembali tidur. Namun, ketika hendak menutup mata aku mendengar suara. Aku bangun lagi, apa aku sedang berhalusinasi? Kenapa aku selalu mendengar suara aneh sedangkan suara tersebut tidak ada.


“Tolong aku.”


Aku terlonjak kaget, aku tidak berhalusinasi. Aku mencubit tangannku refleks aku merasakan sakit. 


"Aku tidak bermimpi.”


Aku menutup mataku mencoba menangkap suara tersebut. Dahiku berkerut ketika aku menangkap suara. Batinku bertanya-tanya siapa kau?


“Tolong keluar aku. Keluar aku dari sini.” Dia memohon padaku sambil menangis. Aku iba padanya tetapi aku merasa perasaan tidak enak, seperti akan terjadi sesuatu jika aku membantunya.


“Ka-kau sangat mirip denganku?” Aku terkejut sambil menunjuknya. Aku mengingsut mundur.


“Aku adalah bagian darimu.”


“Apa maksudmu?”


“Akan kuceritakan setelah kau keluarkanku dari sini.”


Di sisi lain, aku ingin mengeluarkannya tetapi sisi lain pula aku tidak bisa melakukannya. Namun, aku penasaran dengannya. Lantaran rasa penasaranku lebih dominan aku melangkah mendekatinya.


“Bagaimana aku mengeluarkanmu.”


“Kau hanya perlu menempel kedua tanganmu pada cermin.”


Dengan ragu-ragu aku menempelkan kedua tanganku pada cermin tersebut dan dia pun juga ikut menempelkan kedua tangannya. Sejurus kemudian, muncullah sebuah cahaya putih terang yang melingkupi cermin tersebut. Tiba-tiba saja, tubuhku terasa sakit seolah jiwaku tertarik olehnya. Aku berjerit merasakan sakit yang menjalar seluruh tubuhku.


Aku terhenyak saat menyadari tempat yang berbeda. Aku melihat gadis itu berdiri depanku seolah ia sedang bercermin. Di mana aku sekarang? Aku kebingungan melihat keadaan sekitarku yang berbeda. Aku melangkah beberapa langkah ke depan seketika tubuhku tersengat listrik semacam ada perisai menghalangiku. Oh tidak! Apa yang terjadi padaku? Apa mungkin aku dalam cermin? Benar, aku berada dalam cermin.


“Apa yang kau lakukan padaku? Keluarkan aku!” murkaku sambil menggedor cermin yang dihalangi oleh gelombang biru.


Gadis itu tersenyum bahagia karena kebebasannya, ia merenggangkan otot tangannya. “Akhirnya aku bebas.” Ia menghirup napas lalu mengeluarkannya. “Makasih kau sudah mengeluarkanku. Aku hutang budi padamu, tapi aku hanya bisa membalas ini saja.


Aku harap kau bahagia di tempat barumu.” Setelah mengucapkan itu, dia melenggang pergi.


“Keluarkan aku dari sini!” jeritku.




-End


Karya Tya Safarina

 

Comments

Popular posts from this blog

Dampak Positif dan Negatif dari Gedget

Gadget adalah alat elektronik yang berfungsi untuk sarana berkomunikasi yang memiliki kecanggihan yang memadai. Bentuknya yang munyil sangat praktis untuk dibawa ke mana-mana.  Bukan hanya itu, gadget selalu memunculkan aplikasi-aplikasi terkini yang mengikuti perkembangan masa kini. Inilah yang menjadi sebab orang tertarik dengan gadget, selain untuk dapat berkomunikasi gedget dapat pula sebagai mengakses informasi serta sebagai hiburan. Di zaman yang serba modern ini, teknologi gadget mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dulu awal munculnya saja hanya dijadikan sebatas alat untuk telepon, namun sekarang gadget berubah menjadi alat serba guna. Bahkan itu sebagai kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari. Hidup manusia seakan tanpa kendala, dengan seonggok gedget saja dunia seolah berada digenggaman tangan.  Dengan demikian pula, dibalik bentuk munyilnya gedget terdapat dampak dari positif dan negatifnya.  Adapun dari dampak positifnya yaitu: 1...

Analisis Imbuhan pada Sebuah Kalimat

  Sumber Pinterest   A. Penghilangan Prefiks meng- 1. Hari Sabtu ini, rumah Mina adakan  kenduri. Kesalahan kalimat di atas pada kata adakan . Penghilangan perfiks meng-  disebabkan oleh penghematan yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru merupakan pemakaian yang salah. Pada kata adakan  sebaiknya diberikan prefiks meng-  agar kalimatnya bisa menjadi baku. Sedangkan kalimat di atas merupakan kalimat aktif transitif karena ada predikat yang harus berprefiks meng-  atau dengan kata lain mengeksplisitkan prefiks meng-,  (Setyawati, 2010: 50). Jadi kata yang tepat adalah mengadakan. Perbaikan: Hari Sabtu ini, rumah Mina mengadakan kenduri. Referensi Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Cetakan kedua. Surakarta: Yuma Pusaka. 2. Pak Yunda sedang adili Kantor Dinas Kesehatan. Kesalahan kalimat di atas pada kata adili.  Penghilangan perfiks meng-  disebabkan oleh penghematan yang sebenar...

Daftar Isi

  Kecantikan 5 Jenis Kulit Wajah. Kamu termasuk yang mana? Tips Perawatan Kulit yang Baik Cara Menguapi Kulit Wajahmu Obat Alami untuk Perawatan Kulit Wajahmu di Rumah Rutinitas Perawatan Kulit di Pagi Hari Tampil Cantik dalam Hitungan Menit Artikel Cara tepat mengambil keputusan dengan cerdas Kian Emas Membuat Keputusan Individual dan Praktis Kontribusi Mahasiswa Di Area Moderen 8 kata kunci meniti karir yang wajib Anda lakukan Dampak Positif dan Negatif dari Gedget Pemaksaan dan Keyakinan Agama Masih Terjadi di Indonesia Cara Menjadi Orang Kaya dengan Gaji Kecil Islamiah BIOGRAFI IMAM AL GHAZALI Karya Sastra Pria Misterius Qoutes Menyegarkan Tangisan Gadis Puisi di Musim Sejarah Kembang Lara Kesepian Maukah Kau Bermain denganku? Dirimu adalah Aku Teori Kesan dan pesan media pembelajaran Jurnal Study Semiotika Analisis Kesalahan Berbahasa di Lingkungan Sekolah Pembentukan Batuan